Tampilkan postingan dengan label berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label berita. Tampilkan semua postingan

RAIH GELAR BACHELOR DI AUSTRALIA DENGAN HARGA DIPLOMA

HANYA DK YANG BISA BEGINI.

Disaat agen lain merenung dengan semakin ketatnya aturan visa student Australia.

Disaat agen lain rame-rame cari sekolah di negara lain biar bisa survive.

Disaat tambah banyak permintaan untuk masuk ke Australia mencari kehidupan yang lebih baik, mencari uang.  Mereka bahkan tidak segan membayar agen mencari jalan illegal atau menjadi manusia perahu.

Disaat Ekonomi Australia sedang bagus, sedangkan negara Eropa dan Amerika dilanda kesulitan keuangan.  Disitulah kemana banyak orang yang melihat peluang berbondong-bondong ingin masuk Australia.

Disaat ini DK SCIENCE & LEARNING telah terbukti menjadi Agen Terpercaya dan telah membantu Ribuan student dari Indonesia dan Ribuan lainnya dari Negara Asia lainnya, spt Jepang, China, Thailand, Philipina, dll.

DK SCIENCE & LEARNING menjadi Agen pilihan untuk orang yang mencari peluang dengan cara LEGAL. Mendapatkan gelar terhormat Bachelor/Master dari Australia, selain kesempatan memperoleh pendapatan financial yang berpotensi mencapai puluhan kali pendapatan perkapita Indonesia.





HAPPY NEW YEAR 2012

SELAMAT  TAHUN  BARU  2012
SEMOGA KITA SEMUA MAJU BERSAMA, TUMBUH DAN BERKEMBANG TERUS.

MAU KULIAH DI AUSTRALIA?  KAMI SIAP MEMBANTU.  MULAI DARI PENGURUSAN SEKOLAH SAMPAI MEMPEROLEH VISA STUDENT DAN IZIN KERJA.

GRATIS!  TANPA ADMIN FEE, TANPA SERVICE CHARGE, UANG SEKOLAH SPECIAL DISKON.

TELP DAN DATANG KE CABANG-CABANG DK TERDEKAT.




KANTOR CABANG BARU - DK YOGYAKARTA

Halo Kawan-kawan, Kantor DK Yogya yang dijalan seturan 100, mulai bulan ini udah pindah yah ke sini.

Jl Gedongkuning No 95, Yogyakarta
Phone : (+62) (274) 381222
Mobile : (+62) 878 3910 4247
Email : dkjogja@dksydney.com.au
Facebook : DK Jogja - Study in Australia
Twitter : DKJogja

Untuk kantor Cabang DK di daerah lain, klik di **KESINI**DK Branch daerah lain 




BERANGKAT KULIAH BARENG KAWAN DIANTAR SAMPAI SYDNEY

Ayo Buruan Daftar!!
Mau Kuliah di Australia?

BERANGKAT AWAL OKTOBER 2011.
Berangkat bareng-bareng dengan kawan-kawan yang lain, diantar sampai Sydney, diajak City Tour kota Sydney, Opera House dll, Administrasi pengurusan pembukaan Rekening Bank, TFN ( Tax File Number), cari nomor hape, Cruising dengan kapal pesiar mewah, dan masih banyak lagi hadiah-hadiah menarik lainnya.


Semuanya ada dan hanya cukup membayar Rp. 40 jutaan, program Diploma of Accounting, Business, IT, Management, Marketing, Hospitality.  Paket sudah termasuk pendaftaran ke College, Uang Kuliah, Material Fee (uang buku), OSHC (Asuransi kesehatan 2 tahunan), Visa Pelajar 2 tahun lebih, Ijin kerja legal, dan Tiket Pesawat Garuda.

TEMPAT TERBATAS!!  PENDAFTARAN DITUTUP TANGGAL 29 JULI 2011.
Buruan Datang ke kantor cabang DK Science & Learning terdekat dengan lokasi kamu.


HOT NEWS- PAKET MURAH

Mau tau paket murah apa saja untuk kuliah di Australia?
Mau tau paket untuk jalur PR?
Silakan datang ke kantor DK Jakarta, untuk keterangan Detail!
Jl. Flamboyan no 4, Kelapa Gading.
telp: 45874361-71511878



NEW DK BRANCH- DK DIY-JATENG




Kabar gembira untuk teman, sahabat, para anak muda yang berdomisili di Yogyakarta dan Jawa Tengah. DK Science & Learning hadir lebih dekat dan siap melayani kamu-kamu semua.

Datang dan temui para counselor di alamat sbb:
Ruko R1, Jalan Raya Seturan no. 100
Yogyakarta
Telp : 0274-4332671 & 2188377
E:
dkjogja@dksydney.com.au

INILAH PARA JUARA DK IDOL-3

Mulai dari tanggal 26 November 2010, dilakukan babak penyisihan lomba karaoke dan nyanyi di markas besar DK Sydney Sussex Street. Sudah mulai dari awal penyisihan, penonton memadati ruangan. Masing-masing mendukung jagoannya. Setelah 3 minggu babak penyisihan dan kemudian semi final, dan grand final tanggal 17 Desember 2010, akhirnya terpilihlah juara-juara nyanyi dengan kemampuan vocal dan penampilan yang tidak kalah hebat dengan artis-artis papan atas manca negara.

Selamat untuk para pemenang:
Juara 1, KENNY HO dari Vietnam
Juara 2, Rita Fransiska dari Indonesia
Juara 3, Slyvia Violetta dari Indonesia

Gambar searah jarum jam mulai dari pojok kiri atas sbb:
1. Tampang-tampang juara 1-2-3 yang cantik dan ganteng
2. Tampang-tampang para Juri yang keren-keren
3. Para penonton DK Idol di malam grand final yang heboh.
4. Kontestan yang masuk dalam babak grand final.
5. Dan gambar paling bawah adalah pasukan DK Sydney yang pontang panting mengatur acara hingga sukses untuk kita semua. Bravo!




HOT- DK Idol 3

DK Idol 3 is coming soon!!!

Setelah sukses mengadakan kompetisi nyanyi dan karaoke tahun-tahun lalu, maka di akhir tahun ini akan mulai lagi babak penyisihan DK Idol 2010, yaitu mulai dari hari Jumat, tanggal 26 November 2010.

Photo penonton DK Idol ke-2, di DK Sydney.
Packed, Crowded and Fun.
Banyak juga yang dapet pasangan di sini keknya...haha...ayo ngaku...!


Ada berita yang hot punya neh. DK Sydney akan mengadakan lagi, kejuaraan nyanyi/karaoke buat semua pelajar dan pekerja yang sedang ada di Australia. Khusus pemegang student visa atau working holiday visa.

Pesertanya bukan hanya dari Indonesia lho. Ada yang dari Jepang, Thailand, China, India juga. Dan lagunya semua harus bahasa Inggris, soalnya jurinya ada yang ngak ngerti bahasa lokal kan repot. :)

Ayo segera daftar dan rebut hadiah total lebih dari $1,000.- , uang tunai, voucher wisata kapal pesiar, dan hadiah-hadiah hiburan menarik lainnya.

Untuk lebih jelasnya silakan klik disini

Inilah para finalis DK Idol 2. Ada yang kamu kenal?


Cari juga video2nya di YouTube.



SPECIAL PROMO !! HANYA UNTUK STUDENT DARI DK SCIENCE

Khusus untuk mahasiswa dari Indonesia yang punya budget terbatas, tetapi sangat ingin sekolah ke luar negeri, Australia dapat dijadikan pilihan.

Selain menuntut ilmu, pelajar luar negeri yang kuliah di Australia diperbolehkan kerja paruh waktu 20 jam perminggu. Lumayan kan untuk uang saku dan menutup biaya hidup. :)

Nah, momentum ini sangat tepat dapat dimanfaatkan oleh para pelajar Indonesia yang mendaftar lewat DK Science & Learning di kantor-kantor seluruh Indonesia.

Kami punya jaringan dengan lebih dari 200 college dan university di seluruh Australia.

HARGA TERMURAH :
HANYA $ 2,000 (AUD) PERSEMESTER,
DAPAT DICICIL TIGA BULANAN. ($1,000).
WAKTU KULIAH HANYA 1-2 HARI.
Untuk lebih jelasnya, silakan telepon atau datang langsung ke kantor DK terdekat.

PENAWARAN INI HANYA UNTUK JUMLAH YANG TERBATAS!!


KANTOR CABANG BARU - DK PONTIANAK



Kabar gembira untuk teman, sahabat, para anak muda yang berdomisili di Pontianak. DK Science & Learning telah hadir di kantor baru, alamat baru yang lebih besar dan siap melayani kamu-kamu semua.

Datang dan temui para counselor di alamat sbb:
Ruko Pontianak Mall, Blok A / 34
Jl. Teuku Umar
Telp : 0561-7029889 & 7090712
E:
dkpontianak@yahoo.co.id
Facebook group: DK Pontianak Family

SOL terbaru mulai berlaku 1 Juli 2010

Inilah daftar profesi yang dapat menjadi pilihan anda, bila berminat mendapatkan PR (permanent resident) Australia saat ini. Tidak ada lagi list MODL, CSL maupun list lainnya, kecuali 181 profesi dibawah ini.

133111 Construction project manager
133112 Project builder
133211 Engineering manager
134111 Child Care centre manager
134211 Medical administrator
134212 Nursing clinical director
134213 Primary health organisation manager
134214 Welfare centre manager
221111 Accountant (general)
221112 Management accountant
221113 Taxation accountant
221213 External auditor
221214 Internal auditor
224111 Actuary
224511 Land economist
224512 Valuer
231212 Ship's engineer
231213 Ship's master
231214 Ship's officer
232111 Architect
232112 Landscape architect
232211 Cartographer
232212 Surveyor
232611 Urban and regional planner
233111 Chemical engineer
233112 Materials engineer
233211 Civil engineer
233212 Geotechnical engineer
233213 Quantity surveyor
233214 Structural engineer
233215 Transport engineer
233311 Electrical engineer
233411 Electronics engineer
233511 Industrial engineer
233512 Mechanical engineer
233513 Production or plant engineer
233611 Mining engineer (excluding petroleum)
233612 Petroleum engineer
233911 Aeronautical engineer
233912 Agricultural engineer
233913 Biomedical engineer
233914 Engineering technologist
233915 Environmental engineer
233916 Naval architect
234111 Agricultural consultant
234112 Agricultural scientist
234113 Forester
234211 Chemist
234611 Medical laboratory scientist
234711 Veterinarian
241111 Early childhood (pre-primary school) teacher
241411 Secondary school teacher
241511 Special needs teacher
241512 Teacher of the hearing impaired
241513 Teacher of the sight impaired
241599 Special education teachers nec
251211 Medical diagnostic radiographer
251212 Medical radiation therapist
251213 Nuclear medicine technologist
251214 Sonographer
251411 Optometrist
251412 Orthoptist
252111 Chiropractor
252112 Osteopath
252311 Dental specialist
252312 Dentist
252411 Occupational therapist
252511 Physiotherapist
252611 Podiatrist
252711 Audiologist
252712 Speech pathologist
253111 General medical practitioner
253211 Anaesthetist
253311 Specialist physician
253312 Cardiologist
253313 Clinical haematologist
253314 Clinical oncologist
253315 Endocrinologist
253316 Gastroenterologist
253317 Intensive care specialist
253318 Neurologist
253321 Paediatrician
253322 Renal medicine specialist
253323 Rheumatologist
253324 Thoracic medicine specialist
253399 Internal medicine specialist nec
253411 Psychiatrist
253511 Surgeon (general)
253512 Cardiothoracic surgeon
253513 Neurosurgeon
253514 Orthopaedic surgeon
253515 Otorhinolaryngologist
253516 Paediatric surgeon
253517 Plastic and reconstructive surgeon
253518 Urologist
253521 Vascular surgeon
253911 Dermatologist
253912 Emergency medicine specialist
253913 Obstetrician and Gynaecologist
253914 Ophthalmologist
253915 Pathologist
253916 Radiologist
253999 Medical practitioners nec
254111 Midwife
254411 Nurse Practitioner
254412 Registered nurse (aged care)
254413 Registered nurse (Child and Family Health)
254414 Registered nurse (community health)
254415 Registered nurse (critical care and emergency)
254416 Registered nurse (development disability)
254417 Registered nurse (disability and rehabilitation)
254418 Registered nurse (medical)
254421 Registered nurse (medical practice)
254422 Registered nurse (mental health)
254423 Registered nurse (perioperative)
254424 Registered nurse (surgical)
254499 Registered nurse
261111 ICT business analyst
261112 Systems analyst
261311 Analyst programmer
261312 Developer programmer
261313 Software engineer
263311 Telecommunications engineer
263312 Telecommunications network engineer
272311 Clinical psychologist
272312 Educational psychologist
272313 Organisational psychologist
272314 Psychotherapist
272399 Psychologists nec
272511 Social worker
312211 Civil engineer draftsperson
312212 Civil engineer technician
312311 Electrical engineer draftperson
312312 Electrical engineer technician
313211 Radiocommunications technician
313212 Telecommunications field engineer
313213 Telecommunications network planner
313214 Telecommunications technical officer or technologist
321111 Automotive electrician
321211 Motor mechanic (general)
321212 Diesel motor mechanic
321213 Motorcycle mechanic
321214 Small engine mechanic
322211 Sheetmetal trades worker
322311 Metal Fabricator
322312 Pressure Welder
322313 Welder (first class)
323111 Aircraft maintenance engineer (avionics)
323112 Aircraft maintenance engineer (mechanical)
323113 Aircraft maintenance engineer (structures)
323313 Locksmith
324111 Panelbeater
324311 Vehicle painter
331111 Bricklayer
331112 Stonemason
331211 Carpenter and Joiner
331212 Carpenter
331213 Joiner
332211 Painting trades workers
333111 Glazier
333211 Fibrous plasterer
333212 Solid plasterer
333411 Wall and floor tiler
334111 Plumber (general)
334112 Airconditioning and mechanical services plumber
334113 Drainer
334114 Gasfitter
334115 Roof plumber
341111 Electrician (general)
341112 Electrician (special class)
341113 Lift mechanic
342111 Airconditioning and refrigeration mechanic
342211 Electrical linesworker
342212 Technical cable jointer
342313 Electronic equipment trades worker
342314 Electronic instrument trades worker (general)
342315 Electronic instrument trades worker (special class)
411211 Dental Hygienist
411212 Dental Prosthetist
411213 Dental technician
411214 Dental therapist



AUSTRALIA peringkat no.2 dalam hal KUALITAS HIDUP

Awal bulan ini UNDP-PBB menobatkan negara Australia sebagai negara terbaik nomor 2 di dunia dalam hal kualitas hidup. Norwegia berada di peringkat nomor satu saat ini. Kemungkinan di tahun berikutnya Australia dapat menjadi yang terbaik mengingat prospek harapan hidup rata-rata penduduk di Australia naik lebih lama tiga bulan dan juga diikuti dengan pendapatannya yang naik empat persen.

Laporan terbaru UNDP ini untuk periode 2007 / 2008 meliputi 182 Negara dengan faktor yang diukur sbb:
• Pengharapan hidup
• Pendaftaran Sekolah
• Pendapatan / Penghasilan


Amerika Serikat turun ke ranking 13 dan Inggris tetap tidak berubah di ranking 21. Nigeria adalah negara yang peringkatnya paling rendah diikuti oleh Afghanistan dan Siera Leone. Kebanyakan dari sepuluh Negara teratas pada laporan tersebut berada di benua Eropa:
• Norwegia
• Australia
• Islandia
• Kanada
• Irlandia
• Belanda
• Sweden
• Perancis
• Switzerland
• Jepang .







Sesuai dengan laporan tersebut, "Sebagian besar migran, baik internal maupun internasional, memperoleh keuntungan dalam bentuk pendapatan yang lebih tinggi, akses lebih baik ke pendidikan dan kesehatan dan meningkatnya prospek kualitas hidup untuk anak-anak mereka."
"Para Migran ikut mendorong pertumbuhan ekonomi dan sama sekali tidak membebani orang lokal. Sebaliknya bahkan memberikan efek positif yang lebih luas pengaruhnya kepada kehidupan sosial masyarakat lokal," Laporan ini menyebutkan.

Dr Klugman, koordinator survey dan pembuat laporan ini selanjutnya mengatakan bahwa: “Terdapat kompetisi pada negara-negara maju seperti Australia untuk melaksanakan kebijakan yang lebih baik dengan negara Eropa dimana hal ini dimaksudkan untuk menarik lebih banyak penduduk yang punya keahlian (skilled people).

Dr Klugman juga menganjurkan agar kebijakan pemerintah dapat dibuat untuk memperbolehkan lebih banyak tenaga kerja dengan keahlian yang lebih rendah. (lower skilled migrant).

Beliau berpendapat bahwa, kebutuhan tenaga kerja dengan keahlian lebih rendah sangat dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Misalnya tenaga pengasuh bayi, pengurus orang jompo dan banyak lagi jasa-jasa yang tidak memerlukan pendidikan dan keahlian tinggi.
.
.

Populasi Australia mencapai 22 juta orang

.
Hari ini, tanggal 01 Oktober 2009, populasi penduduk Australia telah menembus angka 22 juta jiwa. Emigrasi dari negara lain ke Australia merupakan salah satu faktor peningkatan populasi di Australia. Diperkirakan dua pertiga dari peningkatan ini adalah dari para imigran. ( penduduk negara lain yang menjadi penduduk/ warga negara Australia). Sisanya sepertiga lagi disumbangkan dari kelahiran bayi.

Ledakan kelahiran bayi juga menjadi faktor peningkatan jumlah penduduk, karena pemerintah memberikan tunjangan bonus/hadiah dalam bentuk Cash untuk setiap kelahiran bayi di Australia. Tercatat sekitar 300,000 manusia baru lahir pada tahun 2008.

Kota-kota satelit yang besar seperti Ballarat, Bendigo, Albury Wodonga, Launceston dan Toowoomba, telah memiliki lebih dari 100,000 penduduk. Dan diperkirakan jumlah penduduk di kota-kota tersebut akan terus meningkat dari para pendatang, karena sedang terjadi trend perpindahan penduduk dari kota metropolitan ke kota pinggiran (satelit) agar dapat memiliki rumah dan perubahan gaya hidup.

DK memiliki konsultan independen khusus yang menangani keperluan klien yang berminat migrasi ke Australia, dengan 3 Migration Agent terdaftar ( MARN# 0209847, 0636315, dan 0688200).

Silakan segera datang ke kantor DK terdekat di kota anda, dan dapatkan konsultasi gratis tentang PR (permanent resident) dari konsultan kami selama masa promosi. Dapatkan juga assessment gratis untuk point test, bila anda berminat mengambil PR lewat jalur skill.

salam,

Kemampuan bahasa Inggris guru sekolah Internasional di Indonesia.

Apakah yang terjadi bila belajar di Indonesia, dengan kualitas guru seperti yang disebut dalam artikel kompas.com sbb?

Berdasarkan Test of English for International Communication (ToEIC), dari sekitar 600guru sekolah rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI) SMP, SMA, dan SMK di seluruh Indonesia, terungkap bahwa penguasaan bahasa Inggris guru dan kepala sekolahnya rendah.

Data tersebut diungkapkan oleh Direktur Tenaga Kependidikan Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas Surya Dharma, MPA, Ph D, di Jakarta, Selasa (23/6). Surya mengatakan, penetapan sebagai sekolah berstandar internasional (SBI) ternyata sering mengabaikan tuntutan berbahasa Inggris aktif.
Akibatnya, Surya melanjutkan, kemampuan bahasa Inggris guru dan kepala sekolah di sekolah rintisan SBI rendah.

"Hasil tes itu menunjukkan standar bahasa Inggris guru dan kepala sekolah RSBI pada umumnya rendah, sebanyak 60 persennya berada pada level paling rendah kemampuan berbahasa," tutur Surya.

Ada lagi fakta tentang mahasiswa jurusan bahasa Inggris di Indonesia sbb:

Mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Medan, ternyata kurang fasih berbahasa Inggris karena kurangnya keberanian menggunakannya dalam pergaulan sehari-hari.
Hal itu diungkapkan oleh Dekan FKIP UMSU, Dra Hj Nur’Ain Lubis MAP, di Medan, Jumat (12/6). Nur' Ain mengatakan, mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris seharusnya fasih menggunakan bahasa universal itu sebagai kewajibannya dalam proses belajar - mengajar.

"Sebagian mahasiswa memang masih belum fasih menggunakan Bahasa Inggris karena kurangnya keberanian untuk mencoba, tetapi bila digali dan ada kemauan pasti bisa," ujar Nur' Ain.

Nur’Ain menjelaskan, mahasiswa yang nantinya akan menjadi calon guru tersebut memang diwajibkan menggunakan Bahasa Inggris. Pasalnya, saat simulasi mengajar di kelas, khususnya pada mata kuliah 'Micro Teaching', mereka wajib menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.

"Sampai saat ini mahasiswa masih banyak dilatih untuk lebih berani berbicara dalam Bahasa Inggris dalam proses belajar di kelas dan yang perlu ditambahkan adalah pembendaharaan katanya," ujarnya.

Nur' Ain menambahkan, upaya memotivasi mahasiswa agar menguasai Bahasa Inggris dilakukan dengan cara belajar dan terus berlatih. Selain itu, pada saat mereka berlatih mengajar di depan kelas akan diberikan penghargaan dalam bentuk pujian supaya mereka lebih gigih lagi.

.
.
KAPAN KITA MAU MAJU?

.

Peluang menjadi guru bahasa Indonesia

Australia harus mengubah mindset untuk mempertahankan satu bahasa (English) yang menjadi bahasa nasional, dan lebih mendorong penggunaan bahasa Chinese Mandarin, India, Jepang dan Indonesia, demikian menurut penelitian yang dilakukan Prof. Michael Wesley dari Griffith Asia Institute baru-baru ini.

Dua pertiga penduduk Australia yang berumur dibawah 40 tahun, perlu mempelajari lebih dari satu bahasa atau tambahan bahasa Asia, agar dapat bersaing dengan negara lain.

Menurut prof. Wesley, sebagian besar negara-negara di dunia sekarang adalah multilinggual (banyak bahasa) dan berinvestasi lebih banyak dalam mendorong penduduknya mempelajari bahasa dan kebudayaan lain.

Pengetahuan lebih dari satu bahasa akan memberikan seseorang sebuah kemampuan lebih untuk melihat dunia dari perspektif yang berbeda.

Pelajaran dalam empat bahasa Asia utama yaitu China, Jepang, India dan Indonesia akan ditambahkan mulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Oleh karena itu khususnya untuk para mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Australia, hal ini dapat menjadi suatu peluang sebagai tenaga pengajar di masa depan.

..
:)

BERITA: Australia dan Indonesia mempererat kemitraan

Kekukuhan dan kehangatan hubungan Australia-Indonesia terlihat jelas pada sebuah konferensi besar di Sydney pada 19-21 Februari 2009. Konferensi tersebut menarik minat para tokoh pemerintah, bisnis, media, universitas, akademisi, organisasi masyarakat, kelompok keagamaan dan pemuda.

Perdana Menteri Kevin Rudd menyampaikan pidato pembuka pada jamuan makan malam di Art Gallery, New South Wales, yang sebagai perayaan 20 tahun Australia-Indonesia Institute (AII). Menteri Luar Negeri Stephen Smith menggambarkan Indonesia sebagai mitra demokrasi yang alamiah dan bernilai bagi Australia. Menteri Perdagangan Simon Crean berkomitmen untuk membangun hubungan perdagangan bilateral sebesar $10 triliun, menyitir bukti bahwa kesepakatan perdagangan bebas bilateral dapat mewujudkan potensi terpendam.


Berikut adalah transkrip pidato Menteri Luar Negeri Stephen Smith yang mengambarkan Indonesia sebagai mitra demokrasi yang bernilai bagi Australia.

Speech by: The Hon Stephen Smith MP
AUSTRALIAN MINISTER FOR FOREIGN AFFAIRS


Introduction


Thank you, Allan, for that introduction.
At the outset I express my appreciation to you as co-host, and to the sponsors of this landmark conference, the Australia Indonesia Institute, AusAid and the ANZ Bank.

To my counterpart, Dr Hassan Wirajuda, and his fellow Ministers, Dr Mari Pangestu and Mr Rachmat Witoelar I say “selamat datang” .

I warmly welcome all conference delegates. Thank you all for making the time to join us. Hassan, I thank you publicly for the very generous Indonesian contribution of US$1 million towards a school reconstruction project, and a victim identification team, following the tragic fires in Victoria a fortnight ago.

All Australians are truly touched by this gesture of neighbourly support.
This conference is being held at a critical time. The economic, social and political challenges Australia and Indonesia now face are significant. Luckily, we need not face them alone. So strong is the bilateral relationship that it can work not only to the advantage of our two countries, but has the potential to operate with real impact in our regional and global context.

Realizing this potential, however, will require more than the excellent cooperation that exists at an official level. It requires a wider public recognition in both countries of the benefits our relationship brings to ordinary Australians and Indonesians, and of the prospects that exist for our emerging partnership.

Both governments have a role in countering some persistent inaccurate perceptions, but, as Dr Wirajuda has pointed out previously, this is not a task in which governments can succeed by themselves. It will take a broad effort by leaders across many sections of society not only to add further substance to the relationship, but to bring along some of those who are yet to see its potential.
This conference is part of that effort.

By capitalizing on the diverse expertise gathered here, I am confident we can emerge with fresh ideas and strategies to realize even more for the relationship.
At a minimum, I hope participants will gain a new appreciation of the contemporary nature and value of the relationship.

The bilateral agenda: looking ahead
This conference is the first time we have brought together so many senior and influential figures from our two countries, from both within and outside government. It is fair to ask: what are we building? What do we hope to achieve?

Our starting premise is that history and geography may have thrown our countries together, but that it is the active and creative engagement of our governments and peoples over six decades that has come to bind us as neighbours, friends and partners.

As with any relationship, there have been ups and downs. There have been periods when we have not seen eye to eye. But we have now learnt to address our differences without disrupting the whole relationship. And intermittent tensions have not prevented us from finding new ways to cooperate. The foundation of our relationship as nation states lies in the support Australia gave to the emerging Indonesian nation in the post-War years. That support went against the then policies of our allies and friends the United States, the United Kingdom and the Netherlands.
It demonstrated Australia’s instinctive understanding of the forces sweeping away colonialism after World War II and our willingness to be bold in our support of the fledgling Indonesian Republic.

What has really served to bind us together, however, are the profound changes that have transformed Indonesia over the last decade. It is hard to overstate those changes. Indonesia has emerged as a new polity after a series of significant shocks: the Asian financial crisis; its transition to democracy; and the tragic human cost of terror attacks and natural disaster. Indonesia, which has the world’s largest Muslim community among its many faiths, is now also the world’s third-largest democracy, after India and the United States.

Australia, as a neighbour and friend, has looked on with admiration and respect at the blossoming democracy to our north. A lively Parliament and civil society are both increasingly influential political voices. Along with a vibrant media, they reflect a fundamentally pluralistic and tolerant society with an underlying ethnic and religious diversity.

In addition, strong economic growth in recent years has helped raise living standards and foster the stability needed for democracy. Australia has seized the opportunity to broaden and deepen our links with Indonesia. Indonesia’s political evolution makes it a more natural and valued partner for Australia.

We recognize that a confident Indonesia is looking to assert its interests and project its achievements, and to work in partnership with Australia and others on global as well as bilateral and regional issues. That is what’s happening now. We’re working together in the G-20 on a global response to the financial crisis. We cooperate closely in the WTO and, in our own region, our two countries are pushing for closer economic integration. Our Trade colleagues, Simon Crean and Dr Pangestu are working towards a bilateral free trade agreement which covers trade, investment and capacity building. Our officials now cooperate more closely than ever at the planning and operational level in policing, immigration, customs, the environment, climate change and defense. In the face of transnational threats such as terrorism, natural disaster, people-smuggling and illegal fishing, we have reacted by finding ways to share expertise and to develop common strategies.

The successes have been considerable.
Indonesia’s achievements in countering terrorism have been remarkable and we value highly our practical cooperation in this area. Indonesia’s impressive gains reflect its strong political will, a robust judicial approach and the effective marginalization of radical Islam. The Indonesian Government has been deservedly praised for dealing regional terrorist networks a series of significant blows.
We are committed to building on our cooperation with Indonesia, and others in the region, to counter the threat of terrorism. Our police forces have cooperated successfully to capture key people-smugglers and disrupt organized criminal networks.
Later this year, Dr Wirajuda and I will co-chair a Bali Process Ministerial meeting to further strengthen our regional efforts to counter people-smuggling. Cooperation on maritime security is helping us better patrol our vast territorial waters, combat illegal fishing and jointly secure our common maritime borders. Last month the heads of our respective defense forces signed a Joint Statement which focuses our defense engagement in the areas of counter-terrorism, maritime security, intelligence, humanitarian assistance and disaster relief, and peace-keeping. The Joint Statement reaffirms Australia and Indonesia’s commitment to taking a cooperative approach to security issues under the umbrella of the Lombok Treaty. Dr Wirajuda and I signed the Treaty into force last year in Perth and in doing so made the Lombok-Perth Treaty a cornerstone of the modern Australia-Indonesia relationship. Under it, we will work together to counter non-traditional threats including terrorism and natural disasters.

Regional friends, global partners
Indonesia is a nation increasingly engaged and influential in our region and on the global stage, befitting its emergence as a major regional democracy, with links across the developed and developing worlds. Indonesia is rightly growing in international influence and that is a trend Australia welcomes. Ours is no longer the relationship of 1947, or, as some might have characterized it, a relationship between a donor and a country in need. It is a genuine partnership between robust democracies, that extends well beyond the bilateral to the regional and international spheres. It is also a partnership built on mutual respect. Our shared participation in the Inter-Faith Dialogue is a practical illustration of how different religious beliefs are no barrier to working together as friends. Our close cooperation has important symbolic value at a global level. We may not appear to be natural partners, yet we work together very effectively, and learn more about each other and ourselves in doing so. Our work to pursue common interests goes far beyond mere symbolism. It’s a partnership that is achieving, and will continue to achieve, results.

In late 2007, for example, Australia and Indonesia worked hard together behind the scenes to ensure a positive outcome at the Bali Climate Change conference.
The reality is that Australian and Indonesian leadership will again be vital in securing an inclusive post-Kyoto framework. Our practical work on climate change and the environment, contemporary issues of the highest importance, continues to evolve and prosper. President Yudhoyono and Prime Minister Rudd agreed last year on a Forest Carbon Partnership that will support programs to reduce greenhouse gas emissions from deforestation and forest degradation. It is an innovative, multi-dimensional initiative that includes technical support for Indonesia to develop its national forest carbon accounting and monitoring system. Our bilateral cooperation on reducing emissions from deforestation is starting to pay dividends internationally. In December 2008, Australia and Indonesia made a joint submission to the Poznan Climate Conference on lessons learned from our demonstration activities in Indonesia. The submission was an excellent example of developing and developed countries cooperating on reducing emissions from deforestation.
Another area in which our strong bilateral experience is translating into joint international action is in the promotion of strong, resilient democracies.

Indonesia has shown the region and the world that democracy and economic development can go hand-in-hand. Its whole-hearted embrace of democratic values such as freedom of speech, and the consistently high participation of its people in elections, have been deeply impressive. This morning’s first conference session will address the common challenges we face as democracies and the areas in which we can cooperate to strengthen democratic governance.

That is a challenge Indonesia has taken up in a regional context through the vision and leadership of President Yudhoyono and Dr Wirajuda. Australia strongly supported Indonesia’s initiative to convene the Bali Democracy Forum in December last year, and the Prime Minister co-chaired sessions of the meeting with President Yudhoyono.
By establishing the Forum, Indonesia signaled its understanding that institutions of democracy need to be constantly reviewed and improved. Significantly, Indonesia also signaled its recognition that, along with international partners, it could play a leading role in promoting democratic renewal in the region.

In 2009, we will be taking forward with Indonesia a number of practical initiatives under the Bali Democracy Forum to strengthen democracy and key institutions of good governance in our region.

People-to-people links
I’ve been speaking, for the most part, of the task of government in building the relationship into the future. However, the strands of understanding, affection and respect woven by thousands of Australians and Indonesians are equally important.
That is what this event is all about. This Conference is an opportunity to generate practical ideas on how we can build the Australia-Indonesia partnership over the coming years. I encourage you to be creative and enterprising in your discussions.
Last night’s dinner celebrated the 20th anniversary of the Australia-Indonesia Institute and highlighted the people-to-people links so vital to any good relationship.

We now have substantial groups of people in each country with a detailed knowledge of the other, formed through business, media, education, culture, and sport.
The Australia-Indonesia Institute is itself a significant player in facilitating these exchanges. Despite all this good work, we face some obstacles.
We have a way to go in countering some negative perceptions of the relationship that persist in both Australia and Indonesia. A 2008 Lowy Institute poll indicated that Australians felt more warmly about Russia and the United Arab Emirates than they did about Indonesia – a troubling revelation, given that we are neighbours. From time to time, Indonesia’s media reveals that adverse perceptions of Australia endure in Indonesia. The key is to persevere in building comprehensive links between our societies: Australia is now part of the Asian Group for the World Cup.
Last year the Australia International Cultural Council delivered major arts and cultural program in Indonesia. That program, titled IN2OZ, was aimed at updating perceptions of Australia as culturally diverse, dynamic and creative. Jessica Mauboy’s two visits to Indonesia with the IN2OZ program were particularly popular with Indonesian audiences. We saw why last night. Jessica, who has an Indonesian father and an indigenous Australian mother, took the time to visit some Australian-funded schools in West Java and West Timor.

Australian and Indonesian authorities are together working on an ambitious and wonderful project to build, repair or expand 2000 high schools across 20 Indonesian provinces by the end of 2009. Our goal is simple: to give children across Indonesia, from the poorest of areas, the hope of a better future. Last year Dr Wirajuda and I formally opened the one thousandth of these Australian-funded schools in Sulawesi.
Education, of course, is a key element of our development assistance work in Indonesia as well as a driver of sustained people-to-people ties between our countries.

The Australian Government awards 300 development scholarships to Indonesian students each year. This program both furthers their education and invests in the relationship between the Australian and Indonesian people. With around 15,000 Indonesians studying in Australia, we are the most popular overseas destination for Indonesian students and we welcome them. It is also highly desirable that more Australians study the Indonesian language and learn about Indonesian society.
When Dr Wirajuda visited my hometown, Perth, last year, he visited the modern day successor my old high school where he spoke with a class of young Australian students learning Bahasa Indonesia.

We’re also strengthening our education partnership through a new program to bring Australian schools and Indonesian schools together, classroom to classroom, to help young Australians speak Indonesian.
This will occur through teacher exchanges and internet-based contact between teachers and students. This new school twinning program complements our program of over $60 million to boost the study of Asian languages in Australia. Academic links are particularly important as we look to build a new generation of Australian Indonesia specialists; they’ve almost become an endangered species. One of our young speakers and delegates at this conference, Nik Feith Tan, is the grandson of the late Herb Feith, one of Australia’s most distinguished scholars on Indonesia. We heard Nik last night and he would undoubtedly agree that we need not only greater interaction between our academics, but also greater numbers of young Australians developing expertise on Indonesia.
The Australian Government-funded program[2] for accredited courses at universities in Central and East Java has taken on fewer than 100 Australian students per year.
We’d very much like to see it expand to include more universities in eastern Indonesia and more fields of study.

Conclusion
We have come together for this conference because we all have a personal interest in setting the direction for the Australia-Indonesia relationship and maximizing it over coming years.

Part of the challenge we face, as Ministers, Parliamentarians, teachers, academics, artists, businesspeople, journalists and officials, is to help others in our communities understand that they, too, have a stake in this extraordinary relationship.

I therefore encourage all of you to bring a level of ambition to your discussions: be creative, enterprising, bold – even provocative. We need fresh ideas and the cross-fertilization of experiences to generate momentum and to fully realize the enormous potential of our relationship. I now invite Dr Wirajuda to make some remarks.

Thank you
.

BERITA: Penghargaan untuk alumni Australia yang berprestasi di Indonesia

Pemerintah Australia, melalui Kedutaan Besar Australia di Indonesia, Kamis (5/2) malam, memberikan penghargaan khusus kepada sejumlah mantan mahasiswa Indonesia yang pernah mengenyam pendidikan di negeri kangguru tersebut dan berhasil memberikan kontribusi kepada Indonesia.Sejumlah alumni tersebut adalah Abdullah Alamudi, tokoh pers Indonesia, Hadi Cahyadi, pengusaha sukses dan aktivis PEKSY, lembaga pemberi beasiswa, Khairiah Syahabuddin, dosen IAIN di Banda Aceh, dan Lubna Algadrie, direktur Pusat Bahasa Institut Teknologi Surabaya.

"Kami bangga terhadap anak bangsa Indonesia yang belajar di Australia, dan kembali ke tanah air untuk melakukan sesuatu yang menginspirasikan banyak orang. Mereka juga memiliki kisah sukses yang mengagumkan," ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia, Bill Farmer ketika menyerahkan penghargaan kepada empat orang tersebut.Alamudi, alumni Fakultas Ekonomi University of Tasmania tahun 1961, dinilai telah memberikan kontribusi yang besar bagi kemerdekaan pers di Indonesia.

Anggota Dewan Pers ini juga telah mengabdikan dirinya di industri media selama puluhan tahun. Hadi, mantan mahasiswa S2 di RMIT University, adalah pengusaha sukses.

Kini, pria yang memiliki komitmen kuat mengembangkan pendidikan di Indonesia, menjabat sebagai managing partner di BP&Co. Selain itu, dia juga aktif dalam lembaga kemasyarakatan PEKSY, yang menyediakan beasiswa bagi mahasiswa tidak mampu.

Selain menjadi dosen di IAIN Banda Aceh, Khairiah juga anggota Dewan IAIN yang bertanggung jawab atas pengelolaan organisasi. Peraih gelar master di bidang TESOL dari University of Southtern Queensland tahun 2006 ini dinilai telah berkontribusi terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia, khususnya di Banda Aceh.Sementara itu Lubna, peraih master di bidang linguistik terapan di University of Sydney tahun 1985 ini juga dinilai telah memberikan kontribusi di bidang pendidikan di Indonesia.

Lubna, yang masih menjalin hubungan erat dengan Asosasi Alumni Australia di Indonesia, mengabdikan dirinya sebagai guru bahasa Inggris sejak tahun 1975.

Terkejut

Baik Abdulah maupun Lubna mengaku terkejut ketika mengetahui dirinya diberikan penghargaan dari Kedubes Australia. "Saya kaget. Ini kehormatan besar bagi karya saya. Tapi saya percaya banyak teman-teman yang juga layak mendapatkan penghargaan atas usahanya mendorong kemerdekaan pers," ujarnya. Hal yang sama disampaikan oleh Lubna.

"Saya kaget ketika diberitahu. Tapi saya bersyukur mendapat penghargaan ini," ujarnya. Lubna mengatakan, dirinya memang bercita-cita menjadi guru.

Hingga saat ini, Lubna mengaku sangat menikmati pekerjaan yang sedang digelutinya. Dibandingkan dengan beberapa negara-negara Eropa, seperti Perancis, Inggris, dan Jerman, Lubna mengaku lebih menyukai Australia.

"Orang Austalia itu orang Barat yang sangat Asia. Mereka tulus dalam menjalin persahabatan. Walaupun terlihat tidak menyenangkan, tetapi ketika sudah berbicara dengan mereka, mereka orang yang baik," ujarnya.

Komitmen Terhadap Pendidikan Indonesia

Dubes Farmer mengatakan, di tengah-tengah badai krisis keuangan yang melanda sebagian besar negara-negara di dunia, pemerintah Australia tetap berkomitmen jangka panjang untuk membantu sektor pendidikan di Indonesia. Krisis keuangan tidak membuat pemerintah Australia mengurangi bantuannya.

Setiap tahunnya, pemerintah Australia mengalokasikan dana yang besar untuk program pertukaran pelajar dan bantuan renovasi dan pembangunan gedung-gedung sekolah di daerah-daerah di Indonesia. Dengan adanya renovasi dan pembangunan tersebut, warga miskin menjadi memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan.
Sumber: HIN/ international.kompas.com

.

Increase in Indonesian Student Visas

According to Department of Education, total student visas grants for Indonesia for the period January-December 2008 are up 14.8 per cent compared to the same period in 2007.

Visas issued to fee-paying students increased by 31.6 per cent over the same period.

Growth in visas issued by sub-class is strongest in Postgraduate Research, followed by VET.

The largest source growth markets are Jakarta (2046), East Java (376), West Java (366), West Kalimantan (304), North Sumatra (285). New growth is emerging in Lampung.

--------------------------

Visa pelajar Indonesia meningkat.

Menurut statistik dari Departemen Pendidikan Australia, total visa pelajar untuk Indonesia yang disetujui selama bulan Januari sampai dengan Desember 2008 naik 14.8 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2007.

Visa yang dikeluarkan untuk pelajar yang membayar uang sekolah sendiri (bukan beasiswa) meningkat 31.6 persen pada periode yang sama.

Pertumbuhan visa terbesar adalah pada sub class Postgraduate Research (S2/ Master by Research), kemudian diikuti dengan sekolah kejuruan.

Daerah sumber peningkatan paling besar adalah dari Jakarta (2046), Jawa Timur (376), Jawa Barat (366), Kalimantan Barat (304), dan Sumatera Utara (285). Sedangkan daerah yang sedang bertumbuh dan punya potensi adalah Lampung.



Salam,
Tingkatkan lagi di tahun 2009 ini yah.

Cookery dan Hairdressing, masihkah akan jadi jurusan favorit?

Selamat tahun baru. Bila di Indonesia, ada peraturan baru bebas fiskal buat kita-kita yang mau keluar negeri dengan memiliki NPWP, pemerintah Australia juga mengeluarkan peraturan baru lho.

Menteri Imigrasi dan Kependudukan, senator Chris Evans, telah mengumumkan sejumlah ukuran untuk memastikan 2008 - 09 program skilled migration akan lebih responsive kepada perubahan kebutuhan ekonomi. Perubahan ini mulai diberlakukan pada 1 Januari 2009.

Sistem Imigrasi di Australia yang ter intergrasi dengan “recruitment” pekerja professional dan terampil biasanya disebut program GSM (General Skilled Migration). Program ini sangat diminati oleh para pekerja professional dan tenaga terampil yang ingin tinggal dan berpenghasilan tinggi di Australia.

Program ini menerapkan suatu sistem penilaian yang adil dan terukur kepada semua pemohon dan telah beberapa kali mengalami perubahan sejak 10 tahun terakhir, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan ekonomi di masing-masing wilayah/Negara bagian di seputar Australia.

Jurusan-jurusan study/kuliah di college atau universitas yang mengarahkan pada kebutuhan profesi yang berpeluang besar mendapatkan PR, menjadi jurusan-jurusan favorit para pelajar dari seluruh dunia, termasuk dari Indonesia. Mereka biasanya akan menyerbu jurusan kejuruan yang hanya memerlukan waktu 2 tahun kuliah, seperti cookery, patisserie, atau hairdressing.

Dengan dikeluarkannya peraturan baru ini, prioritas proses aplikasi permohonan PR, akan lebih ditentukan oleh perusahaan pemberi kerja, dan pemerintah Negara bagian/ wilayah. Dengan demikian jabatan/profesi atau keterampilan yang dibutuhkan kemungkinan lebih mengarah kepada jabatan professional lulusan sarjana/bachelor dibandingkan dengan pekerja terampil. Ini sudah terlihat dari daftar CSL (critical skills list) yang menyertai peraturan ini, dimana peringkat prioritasnya diatas list MODL.

CSL lebih difokuskan pada pekerja terampil bangunan, professional IT, Insinyur dan tenaga medis. Sedangkan professional accountant walaupun masih termasuk dalam daftar yang diminati, namun memerlukan test yang lebih ketat seperti mengikuti training di SMIPA (Skilled Migration Internship Program – Accounting) dan lulus IELTS dengan nilai 7.

Hal ini tentunya harus dijadikan pertimbangan para calon pelajar dari Indonesia untuk menentukan pilihan jurusan kuliahnya.


Sebagai rangkuman atas peraturan baru ini, saya terjemahkan secara bebas sbb:

Q1 Perubahan apa yang telah diumumkan untuk program Skilled Migration?
Peraturan baru dari Kementerian Imigrasi dan Kependudukan Australia dapat diringkas sbb:
1. Ada tambahan system prioritas dalam proses aplikasi PR (Permanent Resident)
2. Ada sebuat daftar tambahan sebagai prioritas diatas MODL dan SOL yaitu yang disebut CSL (critical skills list).
3. Memberikan wewenang yang lebih besar kepada pemerintah Negara bagian dan regional/wilayah agar dapat segera memenuhi kekurangan tenaga kerja trampil di wilayah mereka.


Q2 Pemohon mana akan mendapat proses prioritas?
Proses prioritas baru, diarahkan kepada aplikasi yang mendapat sponsor dari perusahaan pemberi kerja, dan atau yang mendapat sponsor dari pemerintah regional/wilayah. Setelah itu prioritas diberikan kepada business skilled yang terdapat dalam CSL.


Q3 Apa yang melatar belakangi dikeluarkannya peraturan ini?
Pada Anggaran Keuangan 2008, program migrasi lewat jalur skilled untuk 2008 - 09 secara significant meningkat menjadi 133 500 orang. Peningkatan ini sehubungan dengan perkembangan ekonomi Australia dan tekanan gaji pekerja yang semakin meningkat.
Namun demikian, sejak semester 2, tahun 2008, keadaan ekonomi global yang tidak menentu juga ikut mempengaruhi ekonomi Australia. Sebagai antisipasinya, peraturan ini dimaksudkan untuk lebih memberikan kesempatan kepada para pekerja professional dan trampil dalam bidangnya disesuaikan dengan kebutuhan pengusaha dan atau daerah regional, sekaligus mengevaluasi profesi-profesi yang akan menjadi prioritas dan profesi yang tidak lagi menjadi prioritas.

Q4 Apakah perubahan ini sementara atau permanen?
Program skilled migration secara terus menerus ditelaah dan dikaji dengan mengaitkan pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan sosial di Australia. Program ini akan terus menerus dimodifikasi sesuai kebutuhan yang berkembang.

Q5 Apakah ada perbedaan dalam proses visa onshore dan offshore?
Tidak ada, proses prioritas baru, akan sama-sama efektif berlaku untuk aplikasi onshore maupun offshore.

Q6 Apakah jenis jabatan atau industri akan berpengaruh?
Jabatan yang tidak termasuk dalam CSL tidak akan diberikan proses prioritas kecuali jika pemohon disponsori oleh satu perusahaan pemberi kerja atau disponsori atau dicalonkan oleh satu pemerintah wilayah.


Q7 Bagaimana pemerintah daerah/wilayah mesponsori calon migran
Pemerintah wilayah dapat mesponsori orang-orang yang mempunyai jabatan/ketrampilan yang terdapat pada daftar kebutuhan daerah dan mereka juga boleh mesponsori sampai dengan 500 orang dalam satu tahun kepada orang yang tidak mempunyai skill/jabatan/ ketrampilan dalam daftar. Pemohon harus secara langsung mendekati pemerintah daerah atau wilayah dimana mereka merencanakan untuk hidup dan tinggal disana, atau hubungi Migration Agent terdaftar untuk membantu mendapatkan sponsor dari mereka.


Q8 Berapa banyak orang yang dapat disetujui oleh pemerintah wilayah dalam hal orang tersebut mempunyai keterampilan yang terdapat dalam skills shortage list?
Angka potensial migrant yang dapat disponsori masing-masing pemerintah Negara bagian, atau wilayah regional adalah tak terbatas sepanjang daerahnya kekurangan pekerja. Disamping itu, masing-masing pemerintah Negara bagian mendapat jatah 500 orang yang termasuk dalam SOL namun tidak terdapat pada daftar skill shortage list.

Q09 Apa Skills shortage list itu?
Masing-masing pemerintah negara bagian menyusun daftar kekurangan pekerja terampil di daerahnya sendiri. Masing-masing status atau wilayah dapat mesponsori orang yang potensial yang memiliki keterampilan pada satu jabatan yang terdapat dalam daftar tersebut, untuk memperoleh visa PR. Pemohon yang disponsori oleh satu pemerintah Negara bagian atau wilayah akan mendapat bonus 10 points tambahan pada perhitungan test GSM.
Untuk jelasnya dapat hubungi email yanky@dksydney.com.au


Q10 Bagaimana dengan MODL (Migration Occupation Demand List)?
Tidak ada yang berubah dengan MODL. MODL akan ditelaah sebagaimana diperlukan dari waktu ke waktu. Sesuai dengan petunjuk pada peraturan baru section 499, pemohon skilled migration yang mencalonkan jabatan yang terdapat dalam MODL akan mendapat proses prioritas setelah para pemohon yang mencalonkan jabatan yang terdapat dalam CSL dan pemohon yang disponsori atau dicalonkan oleh pemerintah Negara bagian atau wilayah.


Q11 Kapan MODL akan di review?
Kemungkinan dalam waktu dekat ini atau pada awal 2009. Pantau terus lewat website http://www.belajardiaustralia.com/


Q12 Subclass apa saja yang terpengaruh peraturan ini?
Pengenalan CSL dan perubahan prioritas proses akan mempengaruhi hampir semua subclass aplikasi PR jalur GSM, termasuk yang di daftarkan setelah 1 Januari 2009 dan atau yang telah didaftarkan sebelum 2009 tetapi belum di granted (disetujui). Pemohon untuk subclasses 485 dan 887 tidak akan terpengaruh perubahan ini.


Q13 Bagaimana urutan prioritas proses PR sekarang?
Proses prioritas baru memberikan proses prioritas kepada aplikasi PR (permanent) sbb:

1. Sponsor dari perusahaan pemberi kerja
2. Sponsor dari pemerintah Negara bagian atau wilayah.
3. Pemohon yang profesi/ketrampilannya terdapat dalam CSL
4. Pemohon yang profesi/ketrampilannya terdapat dalam MODL
5. Pemohon lain yang tidak termasuk diatas.

Proses prioritas baru memberikan proses prioritas kepada aplikasi TR (sementara)/provisional sbb:

1. Sponsor dari pemerintah Negara bagian atau wilayah.
2. Sponsor dari keluarga dimana jabatan/ketrampilan pemohon ada dalam daftar CSL.
3. Pemohon lain yang tidak termasuk diatas.


Q14 Bagaimana dengan aplikasi yang telah didaftarkan dan telah memasuki tahap akhir dan hanya tinggal pemeriksaan kesehatan dan karakter?
Aplikasi yang telah selesai akan diselesaikan prosesnya sambil menunggu pada hasil pemeriksaan kesehatan dan karakter, tidak terpengaruh pada peraturan baru ini.


Untuk penjelasan dan penilaian pribadi apakah kamu memenuhi syarat untuk mendapatkan PR (Permanent Resident) Australia, silakan email ke yanky@dksydney.com.au atau datang ke kantor cabang terdekat.

Dukung kesetaraan Jender dan HAM

Siaran Media
19 Desember 2008

Dukungan Australia terhadap Kesetaraan Jender dan Hak Azasi Manusia

Australia akan memberikan bantuan sebesar A$70,000 kepada Pusat Pendidikan dan Informasi Islam dan Hak-Hak Perempuan, Rahima, untuk melaksanakan proyek hak azasi manusia di Jawa Timur pada 2009-10.

Duta Besar Australia untuk Indonesia, Bill Farmer, berujar proyek tersebut terpilih untuk memperoleh pendanaan di bawah Skema Hibah Kecil Hak Azasi Manusia Pemerintah Australia pada 2008-09.

“Proyek satu tahun Rahima bertujuan untuk memperkukuh kapasitas para pemimpin Muslim setempat di Jombang, Lamongan, dan Kediri untuk memajukan kesetaraan jender dan hak azasi manusia,” tutur Farmer.

Hibah kecil diberikan kepada organisasi-organisasi setempat untuk kegiatan-kegiatan yang memajukan dan melindungi hak azasi manusia secara langsung dan nyata.Australia akan menyumbang A$1,5 juta terhadap proyek-proyek hak azasi manusia di 19 negara di Asia-Pasifik, Afrika dan Timur Tengah.

Pengumuman ini berkaitan dengan Hari Hak Azasi Manusia Internasional pada 10 Desember dan Peringatan ke-60 Deklarasi Hak Azasi Manusia Universal.“Perlindungan dan peningkatan hak azasi manusia yang termaktub dalam Deklarasi tersebut adalah sangat penting bagi upaya-upaya global untuk mencapai perdamaian dan keamanan yang lestari serta kebebasan untuk semua.”

sumber: Kedutaaan Australia Jakarta
.
.
ONE STOP EDUCATION SERVICES FOR STUDENT IN AUSTRALIA .