BERITA: Penghargaan untuk alumni Australia yang berprestasi di Indonesia

Pemerintah Australia, melalui Kedutaan Besar Australia di Indonesia, Kamis (5/2) malam, memberikan penghargaan khusus kepada sejumlah mantan mahasiswa Indonesia yang pernah mengenyam pendidikan di negeri kangguru tersebut dan berhasil memberikan kontribusi kepada Indonesia.Sejumlah alumni tersebut adalah Abdullah Alamudi, tokoh pers Indonesia, Hadi Cahyadi, pengusaha sukses dan aktivis PEKSY, lembaga pemberi beasiswa, Khairiah Syahabuddin, dosen IAIN di Banda Aceh, dan Lubna Algadrie, direktur Pusat Bahasa Institut Teknologi Surabaya.

"Kami bangga terhadap anak bangsa Indonesia yang belajar di Australia, dan kembali ke tanah air untuk melakukan sesuatu yang menginspirasikan banyak orang. Mereka juga memiliki kisah sukses yang mengagumkan," ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia, Bill Farmer ketika menyerahkan penghargaan kepada empat orang tersebut.Alamudi, alumni Fakultas Ekonomi University of Tasmania tahun 1961, dinilai telah memberikan kontribusi yang besar bagi kemerdekaan pers di Indonesia.

Anggota Dewan Pers ini juga telah mengabdikan dirinya di industri media selama puluhan tahun. Hadi, mantan mahasiswa S2 di RMIT University, adalah pengusaha sukses.

Kini, pria yang memiliki komitmen kuat mengembangkan pendidikan di Indonesia, menjabat sebagai managing partner di BP&Co. Selain itu, dia juga aktif dalam lembaga kemasyarakatan PEKSY, yang menyediakan beasiswa bagi mahasiswa tidak mampu.

Selain menjadi dosen di IAIN Banda Aceh, Khairiah juga anggota Dewan IAIN yang bertanggung jawab atas pengelolaan organisasi. Peraih gelar master di bidang TESOL dari University of Southtern Queensland tahun 2006 ini dinilai telah berkontribusi terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia, khususnya di Banda Aceh.Sementara itu Lubna, peraih master di bidang linguistik terapan di University of Sydney tahun 1985 ini juga dinilai telah memberikan kontribusi di bidang pendidikan di Indonesia.

Lubna, yang masih menjalin hubungan erat dengan Asosasi Alumni Australia di Indonesia, mengabdikan dirinya sebagai guru bahasa Inggris sejak tahun 1975.

Terkejut

Baik Abdulah maupun Lubna mengaku terkejut ketika mengetahui dirinya diberikan penghargaan dari Kedubes Australia. "Saya kaget. Ini kehormatan besar bagi karya saya. Tapi saya percaya banyak teman-teman yang juga layak mendapatkan penghargaan atas usahanya mendorong kemerdekaan pers," ujarnya. Hal yang sama disampaikan oleh Lubna.

"Saya kaget ketika diberitahu. Tapi saya bersyukur mendapat penghargaan ini," ujarnya. Lubna mengatakan, dirinya memang bercita-cita menjadi guru.

Hingga saat ini, Lubna mengaku sangat menikmati pekerjaan yang sedang digelutinya. Dibandingkan dengan beberapa negara-negara Eropa, seperti Perancis, Inggris, dan Jerman, Lubna mengaku lebih menyukai Australia.

"Orang Austalia itu orang Barat yang sangat Asia. Mereka tulus dalam menjalin persahabatan. Walaupun terlihat tidak menyenangkan, tetapi ketika sudah berbicara dengan mereka, mereka orang yang baik," ujarnya.

Komitmen Terhadap Pendidikan Indonesia

Dubes Farmer mengatakan, di tengah-tengah badai krisis keuangan yang melanda sebagian besar negara-negara di dunia, pemerintah Australia tetap berkomitmen jangka panjang untuk membantu sektor pendidikan di Indonesia. Krisis keuangan tidak membuat pemerintah Australia mengurangi bantuannya.

Setiap tahunnya, pemerintah Australia mengalokasikan dana yang besar untuk program pertukaran pelajar dan bantuan renovasi dan pembangunan gedung-gedung sekolah di daerah-daerah di Indonesia. Dengan adanya renovasi dan pembangunan tersebut, warga miskin menjadi memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan.
Sumber: HIN/ international.kompas.com

.
ONE STOP EDUCATION SERVICES FOR STUDENT IN AUSTRALIA .